Alasan Mengapa Orang Kaya Sejati Tidak Memerlukan Flexing

Flexing pada awalnya merupakan istilah dalam dunia kebugaran yang mengacu pada gerakan memamerkan otot lengan. Hal ini biasanya dilakukan oleh atlet atau pelaku kebugaran untuk menunjukkan kekuatan dan ketahanan fisik mereka. Namun, dalam perkembangannya, istilah flexing juga merujuk pada perilaku memamerkan kekayaan dan kemewahan.

Apa itu Flexing Kekayaan dan Budaya Flexing?

Flexing kekayaan, atau yang sering disebut sebagai "money flexing," adalah perilaku yang sering terjadi pada sebagian orang yang suka memamerkan kekayaan dan kemewahan mereka. Biasanya, perilaku ini dilakukan dengan cara memposting foto-foto barang mewah, seperti tas bermerek, mobil mahal, atau liburan ke luar negeri yang mewah, di media sosial atau bahkan membuat vlog khusus tentang perjalanan mewah mereka. Awal mulanya, "penyakit" ini dipopulerkan oleh selebritis dan orang-orang yang berada di lingkungan industri hiburan dan bisnis yang berhasil meraih sukses dengan cepat. Kemudian, budaya flexing menyebar ke masyarakat umum, di mana orang-orang mulai bersaing satu sama lain dalam memamerkan kemewahan mereka. Namun, seiring dengan berkembangnya media sosial, budaya flexing semakin menjadi-jadi dan menjadi fenomena yang sulit dihindari. Bahkan, sekarang banyak orang yang menganggap flexing kekayaan sebagai suatu bentuk status sosial dan kebanggaan, meskipun hal ini justru menimbulkan kesan yang berlebihan dan tidak etis.

flexing
Image by Elias from Pixabay

Mengapa Orang Melakukan Flexing Kekayaan?

Keinginan untuk memiliki status adalah sesuatu yang melekat pada psikologi manusia. Hal ini tidak hanya terjadi di zaman modern dengan adanya media sosial, namun sudah ada sejak zaman dahulu kala. Orang-orang selalu mencari cara untuk dihormati, disukai, dan menarik secara seksual. Hal ini biasanya terkait dengan simbol status, seperti kekuasaan, kekayaan, dan prestise. Sebelum media sosial menjadi begitu populer, simbol status dapat dilihat dari hal-hal seperti mobil mewah, rumah besar, pakaian mahal, dan barang-barang mewah lainnya. Cara memamerkannya adalah dengan sengaja memarkir mobil mewah di gang masuk perumahan, di luar garasi, gosip ibu-ibu arisan, dsb. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan adanya media sosial, status sosial dapat dengan mudah ditampilkan melalui platform seperti Facebook dan Instagram.

Perilaku flexing kekayaan juga terkait dengan seberapa rendah seseorang menilai dirinya. Seseorang yang merasa kurang percaya diri cenderung berpikir bahwa nilai dirinya akan meningkat jika ia memiliki gaya hidup mewah. Namun, orang yang berkepribadian kuat dan percaya diri tidak perlu bergantung pada materi untuk menunjukkan nilai-nilai positif dirinya. Sebagai contoh, seseorang yang jujur, rendah hati, dan bijaksana akan selalu dihormati dan dihargai, meskipun ia tidak memiliki harta yang banyak. Oleh karena itu, tidak perlu menjadi korban dari budaya flexing atau merasa rendah diri karena tidak memiliki kemewahan yang sama dengan orang lain. Yang penting adalah menunjukkan nilai-nilai positif yang dimiliki dan membangun kepercayaan diri dari dalam.

Flexing Dapat Meningkatkan Risiko Kejahatan

Memamerkan kekayaannya di media sosial seringkali dapat menjadi risiko keamanan yang serius. Ada berbagai masalah yang dapat timbul dari perilaku seperti ini, termasuk risiko perampokan, pencurian, penculikan, dan bahkan penguntitan. Dengan memamerkan kekayaan, perampok dapat mengetahui barang-barang berharga yang dimiliki di rumah anda. Hal ini membuat rumah menjadi sasaran yang menarik bagi para perampok yang ingin mencuri harta benda tersebut. Para penculik juga sering mencari sasaran orang yang memiliki kekayaan atau memiliki potensi untuk memberikan uang tebusan yang besar. Dengan memamerkan kekayaan, seseorang secara tidak sadar dapat memberikan informasi penting kepada para penculik tentang kemampuan finansial mereka. Kemudian, perilaku flexing dapat mengundang banyak orang untuk meminta uang pada anda. Anda dapat menjadi target untuk orang-orang yang ingin berhutang atau meminta pinjaman uang baik dari teman, saudara, tetangga, ataupun orang yang anda kenal. Hal ini dapat menjadi sangat mengganggu dan memicu stres karena harus menolak permintaan atau bahkan harus membayar hutang orang-orang di sekitar anda.

Flexing Membuat Anda Tidak Disukai

Alih-alih membuat orang-orang menyukai anda, flexing kekayaan hanya akan membuat orang-orang membenci anda. Entah disadari atau tidak, perilaku flexing adalah suatu hal yang mengganggu, dan bahkan bisa menimbulkan berbagai masalah di rumah tangga orang lain. Flexing juga dapat menjadi penyebab kecemburuan dan iri hati pada orang lain. Orang lain dapat merasa kesal dan tidak senang dengan seseorang yang terus-menerus memamerkan kekayaannya, terutama jika orang tersebut tidak bekerja keras untuk mencapai kekayaannya atau tidak memperlihatkan rasa bersyukur atas keberuntungan yang dimilikinya. Perilaku flexing juga dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan interpersonal seseorang. Orang lain dapat merasa tidak nyaman dan terganggu dengan perilaku tersebut, dan dapat menolak atau menghindari hubungan dengan seseorang yang terus-menerus melakukan flexing kekayaan.

Suatu hal yang sering tidak disadari adalah hubungan pertemanan yang terjadi karena kekayaan adalah artifisial. Anda mungkin akan punya banyak teman tapi jauh di lubuk hati yang terdalam, orang-orang itu sebenarnya bukan teman, tetapi hanya penumpang untuk mendapatkan berbagai gratifikasi dan fasilitas. Ketika kekayaan itu hilang, anda akan ditinggalkan, dan tidak ada lagi yang akan menyukai anda karena anda hanya bisa menggunakan kekayaan untuk membuat anda disukai.

Flexing Kekayaan Bukan Perilaku Orang Kaya Sejati

Pamer kekayaan telah menjadi sebuah tren di era digital ini. Namun, dengan semua aspek negatif yang terkait dengan flexing, orang kaya sejati seharusnya tidak merasa rasional untuk melakukan hal ini. Meskipun flexing umumnya dilakukan oleh selebritis dan affiliator untuk menciptakan hype dan menarik perhatian agar semakin terkenal, tetapi hal ini sebenarnya hanya memberikan dampak negatif bagi mereka yang kaya. Orang kaya yang sejati cenderung lebih memilih untuk menjaga privasi dan menghindari perhatian. Mereka mungkin lebih selektif dalam memilih teman dan lingkungan sosial mereka, karena mereka ingin terhindar dari orang-orang yang hanya memanfaatkan mereka atau ingin memanfaatkan kekayaan mereka. Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang kaya yang sejati cenderung semakin menyendiri seiring bertambahnya kekayaan mereka. Hal ini mungkin disebabkan oleh keinginan untuk menjaga privasi dan terhindar dari orang-orang yang hanya ingin memanfaatkan mereka. Selain itu, banyak dari mereka juga memilih untuk fokus pada pengembangan diri dan menciptakan kekayaan yang lebih besar, daripada hanya memamerkan kekayaan yang telah mereka miliki.

Orang kaya sejati memiliki pandangan yang berbeda mengenai pentingnya pengakuan dari orang yang mereka tidak kenal. Mereka tidak merasa memerlukan pujian atau penghargaan dari orang asing, karena kebahagiaan dan kepuasan pribadi jauh lebih penting bagi mereka daripada pengakuan dari orang lain. Mereka menyadari bahwa upaya untuk menyenangkan orang yang tidak mereka kenal adalah sia-sia, karena tidak mungkin untuk memuaskan semua orang. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk fokus pada kebahagiaan diri dan keluarga terdekat mereka, karena itulah yang memberikan makna dan kepuasan sejati.

Sikap rendah hati juga merupakan ciri khas dari orang kaya sejati. Mereka tidak perlu memamerkan kekayaan mereka kepada orang lain, karena mereka menyadari bahwa kekayaan material bukanlah segalanya. Kebanyakan dari mereka malah low profile dan tidak suka menonjolkan diri. Mereka lebih suka menjaga privasi mereka dan tidak ingin dianggap sebagai orang yang sombong atau arogan. Selain itu, orang kaya sejati juga seringkali dermawan dan filantropik. Mereka merasa memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu orang lain yang kurang beruntung daripada mereka. Dengan memberikan sumbangan atau melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat, mereka berharap dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar mereka.

Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2023, https://www.kubisnis.com/alasan-mengapa-orang-kaya-sejati-tidak-memerlukan-flexing/ (diakses pada 19 Apr 2024).

Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.

Avatar photo
KuBisnis

Penerbit KuBisnis adalah penerbit artikel bisnis dan kewirausahaan berkualitas. KuBisnis percaya bahwa setelah proyek artikel ini selesai, Indonesia akan menjadi negara yang memiliki banyak entrepreneur! Semua konten tulisan, gambar, dan video pada situs ini adalah hak cipta KuBisnis, kecuali dinyatakan khusus secara tertulis. Hak cipta dilindungi oleh DMCA dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Articles: 91