Pentingnya kesetaraan kesempatan (equality of opportunity) dalam bisnis

Dalam organisasi pada umumnya dan bisnis pada khususnya kita mengenal sistem kuota untuk mencegah diskriminasi dan untuk diversitas, seperti berapa persen karyawan harus wanita, ras/suku tertentu, maupun agama tertentu. Ini merupakan cara pandang yang tidak tepat karena yang dibutuhkan adalah kesetaraan kesempatan (equality of opportunity) dan bukan kesetaraan hasil (equality of outcome). Tidak peduli dari suku apapun, agama apapun, atau jenis kelamin apapun; sebagai pemilik bisnis yang anda inginkan adalah kinerja. Dengan demikian tidak ada alasan diskriminasi apapun karena semuanya sama memiliki kesempatan untuk memperoleh promosi dan kesuksesan.

ilustrasi-keanekaragaman
Oleh qimono | Pixabay

Pemilihan berdasarkan kompetensi

Untuk memilih anggota organisasi tentunya sebagian besar dari fokus kita ditujukan pada kompetensi. Meskipun demikian, kompetensi yang saya maksud juga terkait kompetensi dalam bersosialisasi dan bekerja sama dalam kelompok. Anda tidak perlu merisaukan masalah jenis kelamin, kepribadian, dan SARA, tetapi fokuslah pada kinerja.

Apabila kemudian anda sudah melakukan cara rekrutmen tersebut dan ternyata dijumpai bahwa dalam perusahaan anda ternyata tidak "berimbang," misalnya terlalu sedikit perempuan, etnis tertentu, maupun agama tertentu. Anda harus paham bukan berarti ada yang salah dalam proses seleksi tersebut (itu belum tentu), bisa jadi ini hasil dari proses yang alamiah.

Berdasarkan dari wawancara Jordan Peterson, seorang pakar psikologi, dia menyebutkan bahwa bukti di negara-negara Skandinavia menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memilih profesi yang berbeda. Perempuan mendominasi profesi perawat, sebaliknya laki-laki mendominasi profesi insinyur. Ini merupakan konsekuensi dari kebebasan memilih di negara-negara tersebut. Dengan demikian menetapkan kuota perawat laki-laki dan kuota insinyur perempuan adalah hal yang counter productive.

Memastikan tidak ada diskriminasi dalam seleksi

Ketika kita setuju bahwa yang paling penting dalam karir dan bisnis adalah kompetensi seseorang, maka informasi yang tidak berkaitan langsung dengan kompetensi sebaiknya dihilangkan. Misalnya dalam tes, hanya ada nomor identitas yang tercantum, bukan nama, umur, agama, dsb. Ini penting untuk memastikan yang lolos tes adalah orang-orang dengan skor tertinggi. Dalam membuat curriculum vitae pun anda tidak perlu mencantumkan hal-hal SARA, gender, dan umur tersebut.

Kemudian dalam wawancara, pastikan semua pertanyaan berhubungan dengan kompetensi, pengalaman, serta kesiapan kerja kandidat. Perlu anda ketahui bahwa pertanyaan yang sifatnya personal boleh tidak dijawab atau dijawab dengan "ngeless." Contohnya:

  • HR: "Tahun berapa anda lulus kuliah?"
  • Kandidat: "Sudah agak lama tapi saya masih ingat kok dengan materinya."
  • HR: "Apakah anda sudah berkeluarga?"
  • Kandidat: "Oh saya yakin berkeluarga ataupun tidak berkeluarga, tidak akan mengganggu kinerja saya"

Perhatikan apabila semua orang sudah teredukasi dengan hal seperti ini, tidak akan ada lagi kesempatan untuk para pencari kerja untuk mendiskriminasi kandidat.

Sistem kuota adalah ide yang buruk

Contoh dari kesetaraan hasil (equality of outcome) adalah sistem kuota, dan ini sering kita jumpai di organisasi pemerintahan. Misalnya DPR menghendaki ada representasi perempuan sebanyak 30%. Hal ini tidak bijak dilakukan karena belum tentu kualitas dari 30% perempuan tersebut lebih baik dari kandidat laki-laki yang terpaksa gugur karena keterbatasan kursi. Yang sebaiknya dilakukan adalah menjamin kesetaraan kesempatan dengan memperbaiki sistem agar berapapun persentase perempuan dan laki-laki yang lolos, semuanya memiliki kompetensi yang terbaik.

Akhir kata, dalam bisnis yang dikehendaki adalah keuntungan yang berkelanjutan, sehingga adalah tugas anda sebagai pemilik usaha untuk memastikan hal itu, yaitu dengan memastikan sistem perekrutan yang adil, yang menempatkan orang-orang terbaik dibidangnya masing-masing, tidak perduli SARA, gender, usia, dan hal-hal tidak berhubungan dengan kompetensi lainnya.

Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2020, https://www.kubisnis.com/pentingnya-kesetaraan-kesempatan-equality-of-opportunity-dalam-bisnis/ (diakses pada 08 Dec 2023).

Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.

Avatar photo
KuBisnis

Penerbit KuBisnis adalah penerbit artikel bisnis dan kewirausahaan berkualitas. KuBisnis percaya bahwa setelah proyek artikel ini selesai, Indonesia akan menjadi negara yang memiliki banyak entrepreneur! Semua konten tulisan, gambar, dan video pada situs ini adalah hak cipta KuBisnis, kecuali dinyatakan khusus secara tertulis. Hak cipta dilindungi oleh DMCA dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Articles: 91