Alasan Untuk Tidak Membeli Like di Sosial Media

Saat ini semakin marak praktik pembelian like, follower, dan sejenisnya pada media sosial. Namun, apakah dana yang anda keluarkan untuk membeli like (walaupun sangat kecil) akan dapat meningkatkan atau malah menurunkan kualitas halaman Facebook anda? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus terlebih dahulu tahu bagaimana sistem Facebook bekerja untuk menampilkan pos atau konten anda. Pengetahuan ini menjadi dasar argumen mengapa anda sebaiknya TIDAK membeli like Facebook.

Daftar isi

Artikel ini membahas alasan untuk tidak membeli like di Facebook. Untuk itu kita harus mengetahui (1) bagaimana sistem penampilan konten Facebook; sebelum membahas alasan teknis, seperti: (2) banyaknya akun bot atau akun abal-abal; (3) buruknya kualitas like pada pembelian like yang resmi; (4) jumlah like yang tidak mempengaruhi peringkat SEO; dan (5) sulit untuk menganalisis kinerja dan pencapaian halaman akun tersebut.

Bagaimana Cara Facebook Menampilkan Konten

Facebook tidak seperti platform media sosial yang lain. Media sosial ini akan mengatur kepada siapa dan seberapa banyak konten dapat ditampilkan pada follower (atau teman) dari sebuah akun. Misalnya, halaman KuBisnis yang memiliki 1.000 orang fans memposting konten pada Facebook. Konten tersebut hanya akan ditampilkan kepada sejumlah kecil pengikut KuBisnis, misalnya saja 100 orang. Apabila sistem Facebook itu menilai konten KuBisnis mendapatkan respons/perhatian/interaksi (like dan share) yang baik, maka sistem Facebook akan menampilkan konten tersebut ke lebih banyak pengikut KuBisnis, dan seterusnya. [1]

Sistem Facebook ini berbeda dengan Twitter misalnya, yang akan menampilkan twit pada semua follower. Walaupun pastinya ada sisi kekurangan dan kelebihan antara satu sistem sosial media dengan yang lainnya, akan tetapi dalam kasus ini (pembelian like maupun follower), sistem Facebook tampak lebih merugikan. Mengapa demikian? Hal ini akan dijelaskan pada alasan untuk tidak membeli like di Facebook berikutnya.

Banyaknya Akun Bot Menurunkan Kualitas Like dan Share

Akun bot sering disebut juga dengan akun abal-abal, palsu, dsb. Intinya, akun ini bukanlah akun primer yang digunakan oleh seseorang untuk berinteraksi dengan temannya (untuk penggunaan wajar). Akun palsu ini dibuat semata-mata hanya untuk "beternak" like dan kadang juga share. Lalu mengapa akun bot Facebook ini akan merugikan?

Setelah kita mengetahui bagaimana cara Facebook menampilkan konten, maka semakin banyak interaksi pada suatu konten, Facebook akan menampilkan konten tersebut pada lebih banyak orang. Ini akan menjadi masalah ketika sebagian besar fans anda adalah akun bot. Misalnya akun KuBisnis memiliki 1.000 pengikut, yang terdiri dari 900 akun bot dan 100 akun organik. Menggunakan asumsi yang sama (konten hanya akan ditampilkan ke 100 akun pengikut), konten KuBisnis mungkin tidak akan dibaca sama sekali apabila 100 akun yang dipilih Facebook semuanya adalah akun bot. Konten yang ditampilkan pada akun bot akan lenyap tanpa mendapatkan perhatian, like, dan share; sehingga konten KuBisnis malah tidak ditampilkan pada pengikut organik KuBisnis yang setia menunggu pos-pos baru. [2]

tidak-membeli-like-media-sosial
Ilustrasi TIDAK membeli like sosial media | Photo by ijmaki is not licensed (Public Domain)

Sebenarnya kita dapat membayar untuk membuat Facebook menampilkan pos pada semua fans, namun sepertinya hal ini tidak layak untuk dilakukan. Untuk apa membayar untuk menampilkan pos pada sebagian besar akun bot? Jadi, banyaknya akun bot akan menurunkan nilai halaman Facebook karena konten mungkin hanya akan ditampilkan pada bot dan malah tidak ditampilkan pada pengikut organik sama sekali. Dengan kata lain apabila kita tidak membeli like, keterlibatan pengikut dengan halaman kita justru akan lebih tinggi. Dan di masa depan, kita dapat menggunakan fitur promote pos berbayar agar Facebook menampilkan pos kita pada 100% pengikut dengan aman.

Membeli Like Resmi Maupun Tidak Resmi Sama-Sama Mengundang Akun Bot

Seseorang mungkin beranggapan bahwa akun palsu hanya akan didapatkan apabila ia menggunakan jasa like Facebook yang tidak resmi. Maaf, hal ini telah terbukti salah. Sudah berulang kali eksperimen dilakukan untuk melihat apakah fitur promosi halaman (en: promote page) Facebook bebas dari akun bot ataukah tidak. Derek Muller dan Rory Cellan-Jones membuktikan bahwa halaman yang sangat tidak masuk di akal, tidak menarik, dan tidak bermutu; tetap bisa mendapatkan jumlah like yang banyak. [2][3] Halaman tersebut kecil kemungkinannya untuk dapat disukai oleh pengguna normal yang waras. Artinya? Akun yang menyukai halaman tersebut adalah akun palsu.

Hal yang sangat membuat penulis bersedih adalah reputasi pengguna media sosial di Indonesia. Pengguna media sosial di negara berkembang (termasuk Indonesia), seringkali dikaitkan dengan akun palsu dan SPAM. Bahkan banyak publisher bermutu sering memblok akun dari negara Indonesia untuk dapat menikmati konten mereka. "Jangan posting ketika orang-orang Asia Tenggara sudah bangun, posting ketika mereka tidur. Saat mereka bangun, itulah saatnya komentar bodoh mulai bermunculan di halaman anda". Itulah salah satu tips untuk mencegah SPAM dan akun bot menurut salah satu pakar pemasaran. [4] Itulah mengapa kami menganjurkan sebaiknya jangan membeli like pada Facebook.

Jumlah Like Tidak Mempengaruhi Rangking Mesin Telusur (SEO)

Apakah jumlah like atau follower mempengaruhi ranking SEO situs web? Jawabannya adalah tidak. Google tidak menggunakan jumlah like atau follower sebagai sinyal peringkat SEO. [5] Menurut Rand, keterlibatan adalah hal yang dapat berpengaruh. [6] Alasannya cukup masuk akal, Google melihat halaman media sosial seperti halnya halaman situs web yang lain. Sehingga, jumlah tautanlah yang akan mempengaruhi ranking SEO. Misalnya seseorang menerbitkan konten pada Facebook, dan 100 orang membagikan pos tersebut. Ini artinya tautan menuju halamannya akan berada di halaman profil 100 orang tersebut. Jumlah like tidak berarti di sini, karena halaman profil Facebooknya tidak menampilkan link menuju apa saja konten yang ia sukai.

Fakta tersebut adalah alasan mengapa anda sebaiknya tidak membeli like Facebook. Akun abal-abal hanya akan kadang-kadang menyukai, tetapi tidak membagikan pos anda. Tanpa ada share dan keterlibatan, halaman Facebook yang memiliki banyak like adalah tidak berharga. Halaman profil akun abal-abal juga tidak memiliki rangking yang tinggi, sehingga tautan yang berada dalam halaman tersebut juga tidak bernilai.

Semakin Sulit Untuk Mengukur Pencapaian Akun Facebook Anda

Akan sulit untuk menganalisis halaman yang memiliki banyak akun bot. Misalnya ketika kita membuat konten yang benar-benar bagus, kita pastinya juga mengharapkan jumlah like dan share yang banyak. Sebaliknya, apabila konten kita sedang tidak begitu bagus, jumlah like dan share menjadi berkurang. Halaman yang memiliki banyak akun bot akan merasakan fenomena "no effect" pada grafik mereka. Seolah-olah apapun konten yang diterbitkan, keterlibatan fans tetap tidak berubah. Hal ini disebabkan karena kontennya ditampilkan pada sebagian besar akun abal-abal yang tidak memiliki pikiran dan perasaan untuk menilai kualitas suatu konten.

Membeli pengikut juga membuat usaha/produk/profil kita seolah-olah populer, tetapi nyatanya tidak. Ini membuat kita menjadi tidak terhubung dengan realita yang ada. Apabila halaman-halaman tersebut memang tidak populer ya tidak apa-apa, marilah kita membangun dari nol daripada mengeluarkan dana untuk sesuatu yang merugikan. Jadi, sebaiknya jangan membeli like atau follower pada media sosial.

Kesimpulan dan Saran

Kesuksesan dalam membangun akun sosial media tidak hanya diukur dengan jumlah like atau share, akan tetapi lebih kepada bagaimana interaksi dan keterlibatan yang terjadi. Jujur saja KuBisnis juga menggunakan jasa menambah fanspage like tersebut pada beberapa tahun yang lalu. Apabila bisa dibatalkan, kami lebih memilih jumlah like yang hanya beberapa puluh saja tetapi semuanya organik. Yah untungnya kami cuma menggunakan paket yang paling kecil.

Lalu bagaimana dengan Twitter? Nah, ini yang berbeda. Menambah pengikut bot di twitter tidak memiliki efek buruk yang signifikan seperti pada Facebook. Twit anda akan diteruskan ke seluruh pengikut anda, baik itu akun abal-abal maupun akun organik. Tapi sekali lagi, keduanya tidak bermanfaat. Jadi lebih baik gunakan uang tersebut untuk mentraktir teman-teman anda dan menyuruhnya untuk menyukai halaman sosial media anda. Mungkin dengan cara itu, interaksi dan keterlibatan akan segera muncul.

Referensi
  1. 2veritasium, 2014, “The Problem With Facebook,” Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=l9ZqXlHl65g (accessed March 8, 2016).
  2. Veritasium, 2014, “Facebook Fraud”, Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=oVfHeWTKjag (accessed March 8, 2016).
  3. Cellan-Jones, R., 2012, “Who ‘likes’ my Virtual Bagels?,” BBC, http://www.bbc.com/news/technology-18819338 (accessed March 8, 2016).
  4. MITEnterpriseForum SanDiego, 2013, “Guy Kawasaki: How to Use Social Media as an Evangelist for Your Business and Here’s How I Did It!,” Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=rZCDGBnC058 (accessed March 8, 2016).
  5. Google Webmasters, 2014, “Are pages from social media sites ranked differently?,” Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=udqtSM-6QbQ (accessed March 8, 2016).
  6. Fishkin, R., 2015, “Using Social Media as Your Primary (or Only) Link Building Tactic Probably Won’t Work – Whiteboard Friday,” SEOmoz, Inc., https://moz.com/blog/social-media-as-your-primary-link-building-tactic-probably-wont-work-whiteboard-friday (accessed March 8, 2016).

Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2016, https://www.kubisnis.com/alasan-tidak-membeli-like-facebook/ (diakses pada 10 Dec 2023).

Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.

Avatar photo
KuBisnis

Penerbit KuBisnis adalah penerbit artikel bisnis dan kewirausahaan berkualitas. KuBisnis percaya bahwa setelah proyek artikel ini selesai, Indonesia akan menjadi negara yang memiliki banyak entrepreneur! Semua konten tulisan, gambar, dan video pada situs ini adalah hak cipta KuBisnis, kecuali dinyatakan khusus secara tertulis. Hak cipta dilindungi oleh DMCA dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Articles: 91