Dalam pengembangan produk, produk minimum yang layak atau minimum viable product (MVP) adalah produk yang memiliki tingkat pengembalian terbesar pada investasi dibandingkan dengan risiko. Istilah ini didefinisikan oleh Frank Robinson, dan dipopulerkan oleh Steve Blank dan Eric Ries. MVP bukanlah produk minimal, tetapi strategi dan proses yang diarahkan untuk membuat dan menjual produk ke konsumen. Ini adalah proses yang berulang dari membentuk ide, prototipe, presentasi, pengumpulan data, analisis, dan pembelajaran. [1] Dengan bahasa mudahnya, kita dapat menganggap MVP ini sebagai produk minimal yang layak diujikan pada konsumen untuk memudahkan kita untuk mendapatkan masukan dalam menyelesaikan produk final.
Pentingnya Produk Minimum yang Layak untuk Startup
Dalam artikel sebelumnya mengenai tidak ada produk yang sempurna, penulis telah menekankan untuk menghindari membuat produk yang sempurna. Artinya, produk yang sempurna di mata seseorang, mungkin tidak berarti di mata konsumen, padahal tujuan bisnis adalah agar konsumen menggunakan produk yang ia buat. Di sini, ia dianjurkan untuk sesegera mungkin menyelesaikan produk minimal yang layak, untuk kemudian diujikan pada konsumen. Sehingga, apa yang ia buat adalah benar-benar hal yang diinginkan atau bernilai bagi konsumen.

Produk minimum yang layak akan dapat mempercepat proses penyelesaian produk final seseorang karena ia akan benar-benar mengerjakan sesuatu yang memiliki tingkat pengembalian paling tinggi. Misalnya ia membuat suatu web browser, seperti chrome, firefox, opera, dll. Ia diharapkan menyelesaikan modul-modul terpenting terlebih dahulu, kemudian mengujikan kepada konsumen untuk dicoba. MVP tidak harus bebas kesalahan, sebaliknya, ia mungkin akan mendapatkan kesalahan (bug) yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dalam kasus browser, mari kita melihat daftar modul browser:
- Halaman penampil konten
- Kotak menulis alamat
- Kotak mesin pencari
- Tab
- Jendela Incognito
- Bookmark
- History
- Save as web document
Nah, untuk membuat produk minimum yang layak, kita dapat memilih fitur-fitur terpenting terlebih dahulu untuk dicobakan. Misalnya:
- Halaman penampil konten
- Kotak menulis alamat
- Kotak mesin pencari
- Tab
Apabila konsumen sudah puas dengan hal itu, maka anda akan terbebas dari pengembangan fitur-fitur yang anda pikir penting, tetapi tidak penting bagi konsumen. Bahkan akan ada fitur yang tidak terpikirkan, seperti tombol download misalnya, yang dapat segera dikerjakan pada produk final anda.

Produk Minimum yang Layak adalah Eksperimen, dan tidak selalu Berhubungan dengan Produk Final
Tahukah anda bahwa Pinterest dulunya adalah TOTE, sebuah platform e-commerce, dan Instagram dulunya adalah Burbn, sebuah media sosial untuk iPhone? Dengan merilis MVP, seseorang dapat menggunakan data masukan dari konsumen untuk menghilangkan fitur yang tidak disukai dan fokus pada fitur yang benar-benar berarti. Ini mungkin akan membuat produknya berubah secara dramatis, tetapi tidak masalah selama hasil akhirnya dapat mendapatkan respons yang baik dari konsumen.
Seseorang dapat menggunakan MVP sebagai eksperimen untuk menguji hipotesisnya. Hal ini dapat diterapkan tidak hanya untuk startup teknologi, tetapi juga berbagai usaha yang lain. Misalnya ia membuat konsep restoran dengan menu masakan laut, tetapi ternyata setelah diujikan, menu kepiting yang sangat digemari oleh konsumen. Ini berarti ia sebaiknya fokus pada kepiting sehingga mungkin akan mengubah tema dan menu restorannya. Hilangkan menu yang tidak disukai, dan fokus pada menu yang mendapatkan tingkat pengembalian terbesar pada investasi dibandingkan dengan risiko.
Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2015, https://www.kubisnis.com/produk-minimum-yang-layak-mvp/ (diakses pada 11 Dec 2024).
Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.