Mempekerjakan karyawan pada fase awal bisnis seseorang adalah sesuatu yang sangat penting dan dapat menentukan hidup matinya startupnya. Karena startup adalah sesuatu yang sangat unik, maka tim yang dibentuk haruslah solid dan dapat berkolaborasi dengan maksimal. Seseorang tentunya terlebih dahulu harus tahu apa tugas pokok karyawan yang ia ingin pekerjakan, serta keahlian dan karakter seperti apa yang ia harapkan sebelum mencoba merekrut karyawan baru. Artikel ini akan memberikan anda informasi bagaimana memilih karyawan yang tepat untuk startup:
Rekrut Karyawan di Lingkungan Anda
Ketika mendirikan startup terutama startup yang bootstrap seseorang akan memiliki dana yang terbatas untuk proses perekrutan karyawan, mulai dari iklan lowongan sampai seleksi calon karyawan. Hal ini dapat diatasi dengan merekrut rekan kerja, sahabat, keluarga, atau kenalannya, tetapi pastikan semuanya memenuhi syarat. Dengan merekrut orang-orang yang ada dalam lingkupnya, harapannya proses bonding akan lebih mudah terjadi, sehingga tim dapat langsung bekerja dengan maksimal. Kadang, beberapa karyawan awal dalam startup akan menjadi "pemilik" dengan pembagian ekuitas. Ia tentunya ingin bahwa orang yang akan bersama-sama membangun startupnya bukanlah orang asing, tetapi orang yang sudah ia kenal dengan baik.
Utamakan Memilih Kepribadian, lalu Keahlian, dan bukan Gelar
Sir Richard Branson menegaskan bahwa kepribadian adalah fokus utama dirinya ketika merekrut karyawan, [1] dan Jon Taffer menegaskan sikap (attitude) adalah kuncinya. [2] Tips ini tidak hanya untuk perusahaan startup saja, tetapi berlaku untuk bisnis secara umum.
Ketika seseorang melihat resume calon karyawan, ia akan melihat berbagai gelar, keahlian, pengalaman, dll., semua ini tidaklah dapat diandalkan. Sungguh ironis biasanya orang yang memiliki sederet gelar dan rangkaian prestasi akan meminta bayaran yang tinggi, padahal belum tentu mereka dapat memberikan kinerja yang memuaskan. Ia harus sadar bahwa keahlian tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi bisa diperoleh dari mana saja. Keahlian juga dapat dipelajari asalkan orang tersebut memiliki passion dalam pekerjaan/bidang yang dilamar. Dalam menilai ini, kita sayangnya hanya dapat mengandalkan intuisi. Hindari penggunaan psikotes, karena tes semacam itu hanya akan menghabiskan waktu dan dana kita dengan sia-sia.
Guy Kawasaki dalam beberapa kesempatan mengatakan tentang "Shopping Center Test," bayangkan ketika kita berada dalam pusat perbelanjaan dan melihat kandidat karyawan tersebut dari kejauhan, apakah kita akan (1) langsung menuju dia dan menyapa, (2) hanya akan menyapa apabila kebetulan berjumpa, (3) pergi dari pusat perbelanjaan tersebut. Seseorang sebaiknya mempekerjakan karyawan hanya apabila memilih respons (1). Ini adalah tes intuisi, Guy juga menegaskan untuk melakukan double check intuisi dengan wawancara yang terstruktur. [3]
Pilih Karyawan yang Mencintai Produk Startup Anda
Sama seperti bahasan co-founder sebelumnya, ketika memilih karyawan tentunya seseorang harus memilih calon karyawan yang "infected" dengan produknya, pernah menggunakan, dan menyukai produk tersebut. Apabila calon karyawan tersebut percaya bahwa produk dapat memberikan makna dan menjadikan lingkungan menjadi lebih baik, maka ikatan tim akan jauh lebih kuat. Bayangkan seorang salesperson panci yang sering mengetuk rumah anda, terlihat bahwa mereka sendiri tidak pernah menggunakan produk tersebut, bagaimana mungkin mereka dapat mempengaruhi anda untuk membeli panci dari mereka? Kata-kata penawaran yang tidak dari hati, tentunya tidak akan dapat menjangkau dan mempengaruhi niat beli konsumen.
Kutip artikel ini:
Kontributor KuBisnis, 2015, https://www.kubisnis.com/memilih-karyawan-yang-tepat-untuk-startup/ (diakses pada 08 Dec 2024).
Artikel ini bukan yang Anda butuhkan?
Anda bisa mengirimkan saran pada KuBisnis di akun fb/twitter/google kami di @KuBisnis.
Topik dengan voting komentar terbanyak akan mendapatkan prioritas dibuatkan artikel.